What's your passion?
Kata pepatah, carilah sesuatu yang kamu sukai, sehingga kamu tidak perlu "bekerja" setiap harinya.
Sejujurnya, saya kurang setuju dengan pepatah di atas, karena sesungguhnya saya bercita-cita untuk bekerja di bidang yang berbeda dari hal yang saya suka. Mengapa demikian? Jujur saja, hal yang menyenangkan pun, jika ada tuntutan di dalamnya, tidak lagi menyenangkan untuk saya.
Misalnya, saya suka traveling. Tetapi, ketika saya dituntut untuk terus traveling karena memang pekerjaan saya, ditambah lagi dengan fakta bahwa traveling adalah sumber pendapatan saya untuk hidup, saya pilih tidak. Yang benar saja, citra hiburan traveling yang ada di memori saya bisa hilang.
Jadi, saya ingin jadi apa? Simple saja. Saya ingin bekerja 9-5 yang pekerjaannya hanya bisa dilakukan di kantor. Jadi, ketika pulang ke rumah, saya bisa benar-benar beristirahat. Sesederhana itu. Jadi, saya sudah mendapatkan apa yang saya inginkan? Yah, mari bersyukur.
Namun demikian, kalau boleh memilih bidang yang saya sukai, saya ingin menjadi seorang Lie Detector atau pembaca ekspresi mikro seperti Cal Lightman di film "Lie To Me" (catat: bukan film Korea ya, tapi yang TV series).
Mengapa? Mungkin dilatarbelakangi oleh sifat dasar saya yang suka penasaran atau anggaplah kepo. Bisa membaca ekspresi mikro seseorang tentulah berfaedah untuk berjaga-jaga, misalnya. Berbekal kemampuan ini, kita bisa mengetahui gerak-gerik orang yang ingin berbuat jahat.
Namun, jika memiliki kemampuan ini, bersiaplah mengetahui fakta yang terkadang menyakitkan dan tidak sesuai harapan. Tetapi sebenarnya, setiap orang punya alasan untuk berbohong, kan? Coba posisikan diri di posisi orang tersebut, mungkin kita bisa memahaminya.
Jika saya memiliki kemampuan ini, saya pikir saya akan jadi orang yang skeptis, tidak bisa percaya pada setiap orang, kecuali orang yang tidak bisa "dibaca." Nah, ini adalah bagian buruknya. Karena kita tidak mungkin tidak percaya pada seluruh orang di dunia ini. Hidup jadi tidak menyenangkan. Pada akhirnya, kita tetap harus menaruh kepercayaan pada seseorang.
Intinya, tidak ada orang di dunia ini yang tidak pernah berbohong dan tidak ada orang yang tidak pernah berkata jujur. There's no such thing as pure white or black. Semua situasional. Tinggal kita memutuskan apakah alasan di balik kebohongannya bisa diterima atau tidak.
Kalau kata Cal Lightman, bukan masalah seseorang berkata jujur atau bohong, tetapi alasan dibalik itu.
Yuk, lanjut memeriahkan Sidang Tahunan IDB *masuk ruang seminar
*pic taken from Google
Sejujurnya, saya kurang setuju dengan pepatah di atas, karena sesungguhnya saya bercita-cita untuk bekerja di bidang yang berbeda dari hal yang saya suka. Mengapa demikian? Jujur saja, hal yang menyenangkan pun, jika ada tuntutan di dalamnya, tidak lagi menyenangkan untuk saya.
Misalnya, saya suka traveling. Tetapi, ketika saya dituntut untuk terus traveling karena memang pekerjaan saya, ditambah lagi dengan fakta bahwa traveling adalah sumber pendapatan saya untuk hidup, saya pilih tidak. Yang benar saja, citra hiburan traveling yang ada di memori saya bisa hilang.
Jadi, saya ingin jadi apa? Simple saja. Saya ingin bekerja 9-5 yang pekerjaannya hanya bisa dilakukan di kantor. Jadi, ketika pulang ke rumah, saya bisa benar-benar beristirahat. Sesederhana itu. Jadi, saya sudah mendapatkan apa yang saya inginkan? Yah, mari bersyukur.
Namun demikian, kalau boleh memilih bidang yang saya sukai, saya ingin menjadi seorang Lie Detector atau pembaca ekspresi mikro seperti Cal Lightman di film "Lie To Me" (catat: bukan film Korea ya, tapi yang TV series).
Lie To Me - Tim Roth |
Mengapa? Mungkin dilatarbelakangi oleh sifat dasar saya yang suka penasaran atau anggaplah kepo. Bisa membaca ekspresi mikro seseorang tentulah berfaedah untuk berjaga-jaga, misalnya. Berbekal kemampuan ini, kita bisa mengetahui gerak-gerik orang yang ingin berbuat jahat.
Namun, jika memiliki kemampuan ini, bersiaplah mengetahui fakta yang terkadang menyakitkan dan tidak sesuai harapan. Tetapi sebenarnya, setiap orang punya alasan untuk berbohong, kan? Coba posisikan diri di posisi orang tersebut, mungkin kita bisa memahaminya.
Jika saya memiliki kemampuan ini, saya pikir saya akan jadi orang yang skeptis, tidak bisa percaya pada setiap orang, kecuali orang yang tidak bisa "dibaca." Nah, ini adalah bagian buruknya. Karena kita tidak mungkin tidak percaya pada seluruh orang di dunia ini. Hidup jadi tidak menyenangkan. Pada akhirnya, kita tetap harus menaruh kepercayaan pada seseorang.
Intinya, tidak ada orang di dunia ini yang tidak pernah berbohong dan tidak ada orang yang tidak pernah berkata jujur. There's no such thing as pure white or black. Semua situasional. Tinggal kita memutuskan apakah alasan di balik kebohongannya bisa diterima atau tidak.
Kalau kata Cal Lightman, bukan masalah seseorang berkata jujur atau bohong, tetapi alasan dibalik itu.
Yuk, lanjut memeriahkan Sidang Tahunan IDB *masuk ruang seminar
*pic taken from Google
beuh...sempet2nya di tengah kemeriahan ST IDB...
ReplyDeleteitu irony hahahahaha....
ReplyDelete