Choipan Oh Choipan...
Sudah kenal dengan Choipan? Pernah coba? Atau belum pernah dengar?
Ini penampakannya
Choipan merupakan makanan khas Pontianak, biasanya dibuat oleh para keturunan Tiongkok. Kulitnya lembut dan transparan berisi bengkuang dan ebi atau kucai. Biasanya ada sambal sebagai pendamping. Rasanya gurih dan sedikit pedas (jika menggunakan sambal). Kalau mau mencoba, makanan ini bisa ditemukan di Mangga Dua.
Begitu sukanya saya dengan makanan ini, saya bingung harus mencari kemana. Karena, jujur saja, Mangga Dua cukup jauh dari rumah saya. Teman saya yang terus-menerus menjanjikan Choipan juga tak kunjung menepati janji. Malah sekarang sudah bahagia bersama sang suami diboyong ke Solo yang semakin sulit untuk mencari Choipan.
Jadi, mengapa tidak membuatnya saja? Oke, sibuk berselancar sana-sini, saya menemukan resep Choipan yang dirasa cocok. Saya niat membuatnya di akhir pekan sembari mengisi akhir pekan dengan kegiatan yang berfaedah bagi kehidupan yang fana ini.
Diawali dengan mengupas bengkuang saja, saya sudah mengalami kecelakaan. Jari teriris pisau cukup dalam. Cukup membuat saya patah semangat untuk melanjutkan karena membuat Choipan wajib hukumnya dilakukan satu per satu seperti membuat pastel! Huhu....
Tapi, masa sih, saya menyerah? Oke, saya lanjutkan. Selesai membuat isi, saya membuat adonan kulit dan mengisi Choipan siji-persiji. Sengaja saya buat agak banyak karena katanya teman saya mau mencoba Choipan buatan saya. Iya, teman yang sudah berjanji akan membelikan saya Choipan.
Taraaaaa.... Choipans are ready to serve. Penampilan menyedihkan tapi rasanya lumayan. Bisa dimakan, maksudnya. Hehe!
Lalu apa gagalnya?
Teman saya yang janji akan datang kembali tidak hadir (untuk kesekian kalinya dia ingkar janji). Kemudian? Choipan banyak tersisa. Apa yang terjadi? Choipan menjadi keras, khususnya bagian tepi. Sama sekali tidak enak dimakan! Walaupun kurang enak, mama saya tetap makan *terharu
Ini penampakannya
Choipan merupakan makanan khas Pontianak, biasanya dibuat oleh para keturunan Tiongkok. Kulitnya lembut dan transparan berisi bengkuang dan ebi atau kucai. Biasanya ada sambal sebagai pendamping. Rasanya gurih dan sedikit pedas (jika menggunakan sambal). Kalau mau mencoba, makanan ini bisa ditemukan di Mangga Dua.
Begitu sukanya saya dengan makanan ini, saya bingung harus mencari kemana. Karena, jujur saja, Mangga Dua cukup jauh dari rumah saya. Teman saya yang terus-menerus menjanjikan Choipan juga tak kunjung menepati janji. Malah sekarang sudah bahagia bersama sang suami diboyong ke Solo yang semakin sulit untuk mencari Choipan.
Jadi, mengapa tidak membuatnya saja? Oke, sibuk berselancar sana-sini, saya menemukan resep Choipan yang dirasa cocok. Saya niat membuatnya di akhir pekan sembari mengisi akhir pekan dengan kegiatan yang berfaedah bagi kehidupan yang fana ini.
Diawali dengan mengupas bengkuang saja, saya sudah mengalami kecelakaan. Jari teriris pisau cukup dalam. Cukup membuat saya patah semangat untuk melanjutkan karena membuat Choipan wajib hukumnya dilakukan satu per satu seperti membuat pastel! Huhu....
Tapi, masa sih, saya menyerah? Oke, saya lanjutkan. Selesai membuat isi, saya membuat adonan kulit dan mengisi Choipan siji-persiji. Sengaja saya buat agak banyak karena katanya teman saya mau mencoba Choipan buatan saya. Iya, teman yang sudah berjanji akan membelikan saya Choipan.
Taraaaaa.... Choipans are ready to serve. Penampilan menyedihkan tapi rasanya lumayan. Bisa dimakan, maksudnya. Hehe!
Isi Choi Pan |
Choi Pan in the making |
Choi Pan, sebut saja demikian walaupun bentuknya jauh dari seharusnya |
versi zoom |
Lalu apa gagalnya?
Teman saya yang janji akan datang kembali tidak hadir (untuk kesekian kalinya dia ingkar janji). Kemudian? Choipan banyak tersisa. Apa yang terjadi? Choipan menjadi keras, khususnya bagian tepi. Sama sekali tidak enak dimakan! Walaupun kurang enak, mama saya tetap makan *terharu
soundtrack "masak masak sendiri, makan makan sendiri...dst. dst. "
ReplyDeleteIh semua soal masak, gw doang soal yang lain, dan gw lupa kalau bakan dibaca sama Farida.....mampus :(
hahhaha... makanya jangan pacaran, ukh *dilirik Farida
Deletehahhaha... makanya jangan pacaran, ukh *dilirik Farida
DeleteEmang yak emak tuhh....syesyuatyu
ReplyDelete